"Wartawan Cuma Andalkan Rilis, Bagaikan Sayur Tanpa Garam

Table of Contents

Soppeng - Secara teknis, siapa pun yang bekerja di media dan menulis berita bisa disebut wartawan. Namun, secara etik dan profesional, wartawan yang hanya mengandalkan rilis belum memenuhi standar ideal jurnalistik. Mengapa?

Sudut Pandang Tunggal, Jurnalisme Jadi Timpang, Rilis umumnya hanya mewakili perspektif institusi atau lembaga yang mengeluarkannya. Jika dipublikasikan tanpa verifikasi, klarifikasi, atau konfirmasi dari sumber lain, berita tersebut menjadi tidak berimbang dan kehilangan objektivitas. Informasi semacam ini bukan lagi hasil kerja jurnalistik, melainkan hanya reproduksi pesan humas.

Bukan Sekadar Menyampaikan, Tapi Menggali Fakta, Tugas wartawan tidak berhenti pada menyampaikan informasi. Wartawan sejati menggali lebih dalam: menambahkan data, memverifikasi fakta, menyajikan konteks, serta menghadirkan beragam sudut pandang. Inilah nilai tambah yang membedakan jurnalisme dari sekadar publikasi sepihak.

Risiko Jadi Corong Kekuasaan

Media yang hanya memuat rilis berpotensi berubah fungsi menjadi corong kekuasaan atau propaganda. Bukannya menjalankan peran sebagai watchdog yang mengawasi kekuasaan, malah menjadi alat legitimasi dan pencitraan. Ini tentu bertentangan dengan prinsip dasar pers yang bebas, independen, dan kritis.

Pemimpin Wartawan Harus Punya Karya dan Integritas, Organisasi wartawan idealnya dipimpin oleh sosok yang tidak hanya memahami dunia jurnalistik, tapi juga menunjukkan rekam jejak nyata—terutama melalui karya tulis dan sikap etik yang tegas. Bila tidak, pemimpin tersebut rentan dianggap hanya “menumpang jabatan”, tanpa memberikan keteladanan yang layak.

Jurnalisme Bukan Tentang Kenyamanan, Tapi Kebenaran, Wartawan yang hanya mengandalkan rilis belum menjalankan fungsi sejati sebagai penyampai informasi yang independen, kritis, dan berimbang. Sementara itu, pemimpin organisasi wartawan seharusnya menjadi teladan—bukan sekadar pemegang jabatan. Karya dan integritas adalah dua syarat mutlak dalam kepemimpinan pers.

(**)