Dapur MBG di Soppeng Terancam Ditutup, Dari Gizi Diduga Mengancam Kesehatan Masyarakat Bumi Latemmamala
Table of Contents
Program Dapur Mandiri Bergizi (MBG) yang semestinya menjadi ikon kepedulian pemerintah terhadap kesehatan rakyat di Kabupaten Soppeng kini berubah jadi sorotan panas. Alih-alih menyehatkan, program ini justru diduga kuat menjelma menjadi ladang pencemaran sekaligus ancaman penyakit baru.
Sejak awal, sebenarnya sudah ada peringatan keras, dapur MBG harus memiliki sistem pengendali air limbah. Bahkan, tiga rekomendasi vital sudah ditegaskan, IPAL, blower penghisap asap, serta kelayakan air. Namun fakta di lapangan berkata lain. Banyak dapur MBG yang mengabaikan rekomendasi itu.
“Kalau tiga rekomendasi itu tidak dipenuhi, maka jelas akan ditindaklanjuti oleh bagian terkait, bahkan operasional dapur bisa dibekukan sementara,” tegas seorang pejabat terkait.
Sorotan publik makin tajam setelah Rusdiaman, anggota DPRD Soppeng dari Fraksi Gerindra, ikut bersuara lantang. Ia menegaskan dapur MBG tanpa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan blower penyedot asap tak akan dibiarkan.
“Semua MBG yang tidak memenuhi standar akan kami tutup,” tegas Rusdiaman saat dikonfirmasi Katata.id, Kamis (18/9/2025).
Pernyataan itu sejalan dengan kondisi memprihatinkan di lapangan. Limbah cair hasil aktivitas memasak di sejumlah dapur MBG dibiarkan mengalir liar ke selokan, meresap ke tanah, bahkan mencemari aliran air warga. Bau busuk menyengat, genangan kotor tak terkendali, dan risiko bakteri berbahaya setiap saat mengintai kesehatan masyarakat.
Ironisnya, program yang telah menelan anggaran rakyat miliaran rupiah itu dijalankan dengan cara serampangan. Pemerintah daerah terkesan tutup mata, membiarkan standar sanitasi diinjak-injak. Alih-alih memberi gizi, rakyat justru dicekoki ancaman penyakit.
“Kalau bicara gizi tapi melupakan sanitasi, itu bukan program sehat. Itu bencana!” tegas seorang warga dengan nada geram.
Kini keresahan rakyat Bumi Latemmamala semakin membuncah. Desakan agar pemerintah segera menutup dapur MBG yang tak memenuhi standar makin keras terdengar. Warga menilai, jika pemerintah terus lamban bertindak, kerusakan lingkungan dan ledakan penyakit tinggal menunggu waktu.
Lantas muncul pertanyaan yang tak bisa dihindari,
Ke mana sebenarnya larinya anggaran MBG?
Mengapa IPAL dan blower seolah dianggap remeh?
Apakah keselamatan rakyat masih benar-benar menjadi prioritas pemerintah?
Jika pertanyaan ini terus dibiarkan tanpa jawaban, rakyat Soppeng patut khawatir. Sebab, dapur MBG bukan lagi pantas disebut “dapur gizi”, melainkan “dapur penyakit” yang perlahan menabur pencemaran sekaligus menggadaikan kesehatan masyarakat.
(Tim Katata.id)
Post a Comment